TatarMedia.ID - Upacara Adat Ngukuluan Sanghiyang 2023 bertajuk 'Ngaraksa Budaya, Ngariksa Pusaka' dilaksanakan dalam rangka pembukaan Museum Ki Pahare oleh perwakilan balai pengelola transportasi darat ( BPTD) kelas II Provinsi Jawa Barat didampingi Kepala Terminal dan Forkopimda Kota Sukabumi, Minggu (01/10/2023).
Rangkaian ragam seni budaya juga ditampilkan dalam pembukaan Museum diantaranya Rajah Bubuka, Ulin Awi Sukabumi, Seni Reak, Debus, Karinding, Ronggeng Kolot, Pencak Silat dan Tarawangsa yang dibawakan oleh sanggar kalang Sunda, Sanggar Citra Arum Sari, Panglawungan Sunda Gelar, Karasukan, Dadali Pati dan Ibing Rampak.
Ketua Yayasan Ki Pahare, Sandi Samba Wijaya kepada awak media menyatakan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mensupport hingga berdirinya Museum ini.
"Setelah perjalanan cukup panjang akhirnya atas peran serta semua pihak museum Ki Pahare sebagai pusat pelestarian seni budaya bisa terwujud dan telah dibuka secara resmi gratis untuk umum," ungkap Sandi.
Dengan diresmikannya Museum Ki Pahare di area komplek terminal tipe A Kota Sukabumi, dapat memberikan manfaat dan kesejukan bagi pemerintah maupun masyarakat sekaligus sebagai tanda bahwa terminal KH. Ahmad Sanusi ini memiliki ciri jati diri perduli terhadap seni budaya.
Dikesempatan yang sama, Sandi beberkan sejarah singkat berdirinya museum Ki Pahare yang diawali dibentuk oleh komunitas atau paguyuban yang bernama Ki Pahare pada 25 Agustus 2016.
"Paguyuban Ki Pahare merupakan sebuah komunitas yang intens dalam pelestarian warisan budaya yang ada di Sukabumi. Hingga akhirnya Museum Ki Pahare diresmikan 25 Maret 2017 dan secara khusus kami mendapat pembinaan langsung dari Balai Arkeologi Jawa Barat sebagai satu-satunya museum di Jabar yang berbasis komunitas yang bertujuan berperan melestarikan berbagai peninggalan masa lalu yang ada di Sukabumi hingga dapat menyajikan suatu gambaran komprehensif mengenai warisan budaya," beber Sandi.
Lebih jauh menurut Dia, berbagai kegiatan telah dilakukan Paguyuban ini diantaranya menjadi tim penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Arkeologi Jawa Barat, merevitalisasi berbagai kegiatan upacara adat budaya sunda, melakukan observasi dan pendataan objek cagar budaya, melakukan kajian tentang sejarah lokal yang bersumber dari pantun buhun, folklore, naskah kuno dan lain-lain.
Dalam pengembangan Seni budaya, sambung Sandi, yayasan Ki Pahare kerap diundang menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan budaya hingga pengembangan destinasi wisata.
"Semoga berbagai aspek-aspek kesejarahan Sukabumi dapat menjadi bahan media pembelajaran bagi masyarakat tentang budaya hingga dapat dijadikan sebagai obyek edukasi wisata berbasis kearifan lokal." paparnya.(*)