Merajut Silaturahmi Usai Ramadan: Menelisik Asal Usul Tradisi Halal Bihalal

TatarMedia.ID - Suasana Idulfitri di Indonesia tak lengkap rasanya tanpa tradisi unik yang sarat makna: halal bihalal.

Momen saling bermaaf-maafan, bersilaturahmi, dan menikmati hidangan khas ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan lebaran.

Namun tahukah Anda, dari mana asal usul tradisi Halal Bihalal yang begitu mengakar dalam budaya masyarakat Muslim Indonesia ini?

Baca Juga: Geger! Temu Mayat di Dalam Sumur di Cikidang Sukabumi

Menariknya, istilah "halal bihalal" sendiri tidak ditemukan dalam literatur maupun praktik keagamaan Islam di negara-negara lain.

Fenomena ini murni merupakan produk budaya Indonesia, yang lahir dari kebutuhan sosial dan politik pada masa lampau.

Salah satu teori yang cukup populer mengaitkan kemunculan halal bihalal dengan sosok K.H. Wahab Chasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Baca Juga: Trending di X! Benarkah Permadi Arya Duduki Kursi Komisaris JTO

Pada awal kemerdekaan Indonesia, tepatnya di era 1940-an hingga 1960-an, bangsa ini dilanda berbagai gejolak politik dan sosial. Hubungan antar kelompok masyarakat seringkali tegang dan penuh prasangka.

Dalam situasi yang memprihatinkan tersebut, Presiden Soekarno dikabarkan meminta masukan kepada K.H. Wahab Chasbullah untuk mencari solusi dalam merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa.

Baca Juga: Wajib Tahu! Ini 5 Alasan Kuat Personal Branding Jadi Senjata Rahasia Cari Kerja

K.H. Wahab kemudian mengusulkan sebuah forum silaturahmi yang diberi nama "halal bihalal".  Istilah ini diambil dari konsep dalam Islam yang menekankan pentingnya saling memaafkan, dan menghalalkan segala kesalahan.

Pertemuan halal bihalal pertama kali diselenggarakan di Istana Negara setelah Idulfitri.

Acara ini dihadiri oleh para tokoh politik, agama, dan masyarakat dari berbagai latar belakang.