Sebagai petugas keamanan, ia dan empat rekannya bertugas menjaga keselamatan pengunjung, termasuk ketika wisatawan mengambil swafoto di area sekitar curug.
"Kami mengantisipasi jalan licin akibat serpihan air dari curug, serta potensi bahaya lain," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa selama bertugas belum pernah terjadi musibah besar, meskipun lokasi curug yang dekat hutan kerap didatangi monyet dan lutung yang muncul pada siang hari.
Biasanya, kami hanya mengusir agar hewan-hewan tersebut tidak mengganggu," tambahnya.
Baca Juga: Keindahan Curug Plangi dan Curug Pilung di Kaki Gunung Salak Kasepuhan Girijaya
Mengenai pengelolaan, Curug Cimarinjung dikelola oleh masyarakat setempat bersama pemerintah desa. Supiyar menambahkan bahwa pengunjung dapat memberikan donasi sukarela sebagai bentuk kontribusi, tanpa tarif tiket resmi. "Dulu pernah ada tiket Rp3.000, tetapi tidak berlanjut karena dikhawatirkan menimbulkan perdebatan," katanya.
Supiyar mengakui, fasilitas di sekitar area curug masih terbatas. Di sepanjang jalur menuju curug sepanjang 500 meter, terdapat sepuluh warga yang berjualan. Fasilitas lain yang tersedia adalah pos, mushola, dan MCK sederhana. Namun, area sekitar curug belum dilengkapi gazebo karena kondisi geografis berupa tebing tinggi dan bebatuan.
"Gazebo belum tersedia karena dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko di area curug. Harapan kami, semoga pemerintah desa dapat memberikan perhatian lebih untuk mengembangkan kawasan wisata ini," ujarnya.
Baca Juga: Wisata di Kawasan Puncak yang Seru Dikunjungi Bersama Keluarga
Supiyar berharap dengan kepemimpinan kepala desa yang baru, pengelolaan Curug Cimarinjung dapat terus berkembang sehingga memberikan kenyamanan lebih bagi pengunjung sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.