TatarMedia.ID - Candi Borobudur, monumen Buddha terbesar di dunia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, kini kembali menghadirkan pengalaman wisata eksklusif: Borobudur Sunrise.
Sejak 18 Juli 2025, akses naik ke struktur candi Borobudur dibuka setiap hari, memungkinkan para wisatawan menikmati matahari terbit dari lantai 9 candi yang megah.
Program Borobudur Sunrise menawarkan kesempatan langka untuk menyaksikan keindahan matahari terbit dari puncak candi, dengan latar belakang siluet Gunung Merapi dan Merbabu.
Baca Juga: Cileunca Waterpark Purwakarta, Destinasi Wisata Keluarga yang Menyegarkan
Setelah menikmati momen magis tersebut, pengunjung akan disuguhi sarapan lokal di Bukit Dagi, yang menawarkan panorama Candi Borobudur dan Bukit Menoreh.
Tiket untuk program ini dibanderol sebesar Rp1.000.000 per orang, berlaku untuk wisatawan domestik maupun mancanegara. Setiap hari, hanya 100 pengunjung yang dapat mengikuti program ini, dengan reservasi yang dapat dilakukan melalui situs resmi ticket.injourneydestination.id.
Pengunjung akan masuk melalui Pintu 7 Taman Wisata Candi Borobudur mulai pukul 04.00 WIB dan menerima fasilitas seperti:
- Senter dan upanat (sandal khusus) untuk melindungi struktur candi
- Pemandu wisata berlisensi
- Souvenir eksklusif
- Voucher sarapan di Bukit Dagi
Baca Juga: Mega Wisata Icakan Ciamis: Wisata Keluarga Bernuansa Alam di Priangan Timur
Penggunaan upanat diwajibkan untuk menjaga kelestarian struktur batu candi.
Program Borobudur Sunrise kini tersedia setiap hari, termasuk Senin, yang sebelumnya hanya dibuka untuk pelajar. Kuota terbatas hanya 100 orang per hari, sehingga disarankan untuk melakukan reservasi jauh-jauh hari.
Program ini juga merupakan bagian dari strategi penguatan wisata berbasis warisan budaya yang berkelanjutan dan inklusif, serta mendorong ekonomi lokal melalui aktivasi pariwisata berkualitas.
Pelaksanaan program ini melibatkan koordinasi antara InJourney Destination Management, PT Taman Wisata Borobudur (PT TWB), Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan RI, Pemerintah Kabupaten Magelang, ASITA, dan pelaku wisata lainnya.
Baca Juga: Butuh Tempat Healing? Coba Main ke Wisata Kuda Paku Haji Bandung
Pendekatan berbasis regulasi, pelestarian, dan etika pariwisata berkelanjutan menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan program ini.