Kisruh Royalti Lagu 'Asmalibrasi': Fanny Soegi dan Soegi Bornean Saling Klarifikasi

Hak cipta sendiri adalah hak eksklusif yang diberikan kepada pencipta setelah karya mereka diwujudkan dalam bentuk nyata. Pengelolaan royalti hak cipta lagu atau musik dilakukan melalui Lembaga Manajemen Kolektif (LMK), yang berfungsi sebagai badan hukum nirlaba yang menghimpun dan mendistribusikan royalti kepada para pencipta.

Selain LMK, ada juga Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) yang dibentuk oleh pemerintah dan memiliki kewenangan untuk menarik, menghimpun, dan mendistribusikan royalti kepada para pemilik hak cipta.

Baca Juga: Center of Arts Culture Studies di SMK Yaspim Gegerbitung Cetak Lulusan Unggul Bidang Bakat Musik dan Seni

Tata Cara Pengelolaan dan Pendistribusian Royalti

Pengelolaan royalti dilakukan berdasarkan data yang terintegrasi pada pusat data lagu dan musik. Setiap orang atau entitas yang menggunakan lagu secara komersial, baik untuk pertunjukan maupun penyiaran, wajib membayar royalti melalui LMKN sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Royalti ini kemudian didistribusikan kepada pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait yang terdaftar.

Jika ada pencipta yang belum menjadi anggota LMK, royalti akan disimpan oleh LMKN selama dua tahun. Jika selama waktu tersebut pencipta tersebut tidak terdaftar atau tidak diketahui, royalti tersebut dapat digunakan sebagai dana cadangan.

Kasus seperti yang dialami oleh Fanny Soegi ini menyoroti pentingnya pengelolaan hak cipta yang lebih baik dan transparan, sehingga setiap pihak yang terlibat dalam industri musik dapat mendapatkan haknya secara adil.
(*)