TatarMedia.ID - Dunia sepak bola Indonesia berduka. Salah satu penjaga gawang paling legendaris yang pernah dimiliki Tim Nasional Indonesia, Ronny Pasla, dikabarkan telah berpulang.
Diketahui, Ronny Pasla wafat pada Senin, 24 November 2025, di Jakarta, meninggalkan warisan besar di kancah sepak bola Tanah Air.
Ronny Pasla sang kiper kelahiran Medan, 15 April 1947, ini dikenal sebagai benteng terakhir Tim Garuda yang tangguh dan karismatik, yang kariernya membentang dari era 1960-an hingga awal 1980-an.
Baca Juga: Pemerintah Perketat Larangan Thrifting Ilegal, Menkeu Tantang Pedagang Bawa Bukti
Pencapaian terbesarnya yang paling dikenang dan melegenda, adalah ketika ia berhasil mematikan langkah bintang sepak bola dunia, Pele. Dalam sebuah laga persahabatan di era 1970-an, Ronny Pasla sukses menahan eksekusi penalti yang dilancarkan oleh Sang Raja Sepak Bola asal Brasil tersebut.
Meski pada pertandingan itu Indonesia harus menerima kekalahan tipis 1-2, momen penyelamatan heroik tersebut menjadi momen paling berkesan dan terindah bagi Ronny.
Kemampuannya menahan tembakan legenda sekelas Pele, menegaskan kualitas Ronny Pasla sebagai salah satu penjaga gawang terbaik di Asia pada masanya.
Baca Juga: Ayah Tiri Jadi Tersangka! Ini Fakta Kematian Alvaro Kiano yang Sempat Hilang 8 Bulan
Ronny Pasla memulai karir cemerlangnya bersama PSMS Medan sebelum hijrah ke Persija Jakarta. Di level tim nasional, ia menjadi pilihan utama sejak tahun 1966 dan tak tergantikan hingga ia pensiun dari Timnas di usia 38 tahun.
Bersama Timnas Indonesia, ia turut andil membawa pulang sejumlah gelar bergengsi, di antaranya:
- Juara Aga Khan Gold Cup pada tahun 1967.
- Juara Turnamen Merdeka pada tahun 1969.
- Juara Pesta Sukan Cup Singapura pada tahun 1972.
Baca Juga: Shayne Pattynama: Cerita Pilu Bek Timnas Indonesia yang Tiba-tiba Hilang dari Buriram United
Menariknya, sebelum bergelut di rumput hijau, Ronny Pasla adalah atlet serba bisa. Ia bahkan tercatat sebagai atlet tenis lapangan berbakat, meraih juara pada Kejuaraan Nasional Tenis tingkat Yunior pada tahun 1967.
Setelah pensiun dari sepak bola, ia pun kembali menekuni dunia tenis sebagai pelatih.