TatarMedia.ID - Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, tengah menjadi sorotan publik setelah pernyataannya yang menyebut bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak membutuhkan tenaga ahli gizi profesional.
Pernyataan kontroversial itu disampaikan oleh Cucun Ahmad Syamsurijal, dalam sebuah acara konsolidasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) MBG di Kabupaten Bandung.
Cucun Ahmad Syamsurijal menegaskan bahwa menurutnya, untuk mengawasi program gizi, “cukup satu tenaga”, dan tenaga dari latar belakang non-gizi bisa menggantikan ahli gizi profesional.
Baca Juga: Siapa Mayjen TNI Agustinus Purboyo? Sosok Jenderal Baru Komandan Seskoad
Lebih lanjut, Cucun menyatakan niat untuk mengubah istilah “Ahli Gizi” di struktur MBG menjadi “tenaga yang menangani gizi” agar persyaratan profesi menjadi lebih fleksibel.
“Tidak perlu ahli gizi, tidak perlu Persagi. Yang penting adalah satu tenaga yang mengawasi gizi. Tidak perlu orang-orang seperti kalian yang merasa sombong,” ujar Cucun dengan nada tinggi, yang terekam dalam video dan viral di media sosial.
Tak hanya itu, ia menyarankan bahwa lulusan SMA bisa dilatih selama tiga bulan, diberi sertifikasi, dan kemudian ditempatkan sebagai pengawas gizi. Dalam video viral, ia juga menyebut bahwa “ustaz pun bisa” mengawasi dapur gizi jika dilatih.
Baca Juga: Ammar Zoni Bersumpah untuk Akan Tobat di Tengah Kasus Narkoba yang Berulang
Pernyataan Cucun memicu kemarahan netizen yang menyayangkan pandangannya terhadap profesi ahli gizi. Banyak yang menganggap bahwa penghapusan ahli gizi bisa menurunkan kualitas pengawasan gizi di MBG.
Sejumlah tokoh politik dan profesional gizi pun angkat suara. Salah satunya adalah Anggota DPR RI Charles Honoris, yang menyatakan bahwa peran ahli gizi sangat krusial dalam program MBG.
Menurutnya, ahli gizi tidak hanya sekadar pelengkap, tetapi penting untuk memastikan menu seimbang, kecukupan mikronutrien, serta mencegah kelebihan gula, garam, dan lemak.
Baca Juga: Profil Helwa Bachmid, Model yang Terjerat Kontroversi Pernikahan Siri dengan Habib Bahar
Charles juga memperingatkan risiko jika ahli gizi digantikan dengan tenaga tidak berkompeten: potensi kekurangan zat gizi, meningkatnya penyakit tidak menular, dan pemborosan anggaran karena efektivitas program menurun.
Artikel Terkait
Wisata Batu Luhur, Surga Alam di Ketinggian Kabupaten Kuningan
Atlantis Water Adventure: Wahana Air Terbesar dan Terpopuler di Jakarta
5 Tips Berkebun di Lahan Sempit: Tetap Hijau Meski Ruangan Terbatas!
Profil Helwa Bachmid, Model yang Terjerat Kontroversi Pernikahan Siri dengan Habib Bahar
Ammar Zoni Bersumpah untuk Akan Tobat di Tengah Kasus Narkoba yang Berulang
Baskara Mahendra Ungkap Alasan Mengejutkan Jadi Vegetarian
Siapa Mayjen TNI Agustinus Purboyo? Sosok Jenderal Baru Komandan Seskoad