Menilik Rumah Djiauw Kie Siong, Lokasi Bersejarah Peristiwa Rengasdengklok

Photo Author
- Jumat, 15 Agustus 2025 | 16:00 WIB
Rumah Djiauw Kie Siong (puspita)
Rumah Djiauw Kie Siong (puspita)

TatarMedia.ID - Di sebuah rumah sederhana milik Djiauw Kie Siong di Dusun Bojong, Kampung Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, terdapat jejak sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Djiauw Kie Siong merupakan seorang petani keturunan Tionghoa, yang menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah, penculikan Soekarno dan Hatta oleh golongan muda pada 16 Agustus 1945, yang disebut Rengasdengklok.

Djiauw Kie Siong sendiri lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pisangsambo, Karawang. Pada tahun 1920, ia pindah ke Rengasdengklok dan membangun rumah yang kini menjadi cagar budaya. Selain bertani, Djiauw juga dikenal sebagai penjual bambu dan pernah bergabung dalam tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Baca Juga: Mitos-Mitos Candi Cangkuang, Dari Larangan Gong hingga Hewan Berkaki Empat

Pada malam 15 Agustus 1945, sejumlah pemuda seperti Soekarni, Wikana, D. N. Aidit, dan Chairul Saleh mendatangi Soekarno dan Hatta untuk mendesak mereka segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Karena perbedaan pandangan, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok untuk "diamankan". Awalnya, mereka dibawa ke markas PETA, namun karena dianggap kurang aman, mereka dipindahkan ke rumah Djiauw Kie Siong.

Di rumah inilah, Soekarno dan Hatta menyusun teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rumah Djiauw Kie Siong dibangun pada tahun 1920 dan hingga kini berusia lebih dari 100 tahun.

Baca Juga: Cari Wisata Edukasi? Kunjungi Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia Aja!

Meskipun telah dipindahkan pada tahun 1957 sekitar 150 meter dari lokasi aslinya, rumah ini tetap mempertahankan keaslian struktur dan desainnya. Lantai dari tanah merah, dinding dari kayu jati, dan atap dari genting asli masih dapat dilihat hingga saat ini.

Meskipun peran Djiauw Kie Siong sering terlupakan dalam sejarah, kontribusinya terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak dapat diabaikan.

Rumahnya yang menjadi tempat bersejarah kini dikelola oleh cucunya, Yanto Djuhari, yang menjaga dan merawat situs bersejarah ini agar tetap lestari dan dapat dijadikan tempat pembelajaran bagi generasi mendatang.

Baca Juga: Tebing Boyer: Pesona Sejarah dan Keindahan Alam di Purwakarta

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Aldi K

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

7 Ide Cemilan Natal yang Mudah Dibuat Bersama Anak

Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:00 WIB

Trend Liburan Nataru 2025: Staycation atau Road Trip?

Kamis, 11 Desember 2025 | 06:00 WIB
X