TatarMedia.ID – Event MIND ID Mediapreneur Talks kembali digelar di Hotel Aston, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada Rabu, 18 Desember 2024.
Setelah sukses berlangsung di Semarang pada Oktober lalu, kegiatan ini menjadi ajang diskusi dan berbagi wawasan terbaru tentang bisnis media informasi, yang dihadiri insan pers, content creator, hingga pengusaha media.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Promedia Teknologi Indonesia (PTI) bersama Bank BRI ini menghadirkan tiga pembicara ahli di industri media, yaitu CEO Promedia Agus Sulistriyono, CEO Props Ilona Juwita, dan Koordinator Bidang Pelatihan dan Program Jurnalisme Berkualitas Komite Publisher Rights Fransiskus Surdiasis.
Kolaborasi Membangun Media yang Berkualitas
CEO Promedia, Agus Sulistriyono, menegaskan pentingnya membangun media yang berbasis bisnis, bukan sekadar memiliki media tanpa arah yang jelas.
"Diperkirakan ada lebih dari 50 ribu media online di tanah air, tapi mayoritas hanya sekadar ‘punya-punyaan media’. Kita tidak sedang membangun bisnis media," ujarnya.
Promedia hadir dengan konsep economic sharing atau gotong royong, memberikan dukungan teknologi, infrastruktur, pelatihan, strategi, dan monetisasi kepada pemilik media. “Kami ingin membantu insan jurnalis dan pemilik media untuk mengembangkan media online arus utama dengan berkolaborasi,” tambahnya.
Konsumsi Media Didominasi Media Sosial
Ilona Juwita, CEO Props, memaparkan data terkini tentang konsumsi media di Indonesia yang didominasi oleh platform media sosial.
“Dengan sekitar 185 juta pengguna internet di Indonesia, atau 66,5 persen dari total penduduk, konsumsi media sosial mendominasi. Meski begitu, sekitar 70 persen pengguna internet masih tertarik pada berita online,” ungkap Ilona.
Ia juga mencatat tren positif pada konsumsi konten streaming dan on-demand, yang terus berkembang di tengah perubahan pola konsumsi media.
Ekosistem Digital yang Lebih Adil
Koordinator Bidang Pelatihan Komite Publisher Rights, Fransiskus Surdiasis, menyoroti pentingnya menciptakan ekosistem digital yang adil bagi pelaku media.
“Ekosistem digital yang adil memungkinkan kapasitas ekonomi media berita berkembang, jurnalisme berkualitas tumbuh, serta menjaga ruang publik dan demokrasi yang sehat,” jelasnya.