TatarMedia.ID - Sesar Citarik berpotensi menimbulkan gempa kuat, sehingga jalur sesar ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di wilayah Jabodetabek dan Sukabumi.
Hal tersebut diungkap Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, pasca Gempa Karawang dan Bekasi berkekuatan M4,7 beberapa waktu lalu hingga menimbulkan kerusakan sejumlah bangunan.
Daryono ungkap sejumlah fakta tentang Sesar Citarik, menurut Dia, Sesar Citarik memiliki orientasi sesar arah utara barat daya - timur laut, memanjang namun tersegmentasi melalui Palabuhanratu, Bogor, hingga Bekasi. Sesar Citarik memiliki mekanisme geser mengiri (Sidarto, 2008).
Baca Juga: 5 Perlengkapan Wajib Dibawa Saat Demo untuk Keamanan Pribadi
"Sesar ini diperkirakan telah aktif sejak belasan juta tahun lalu dan masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme berupa sesar geser/mendatar mengiri (sinistral strike slip)," jelas Daryono, Minggu (24/08/2025).
Masih kata Daryono, bebarapa peristiwa gempa signifikan dan merusak yang diduga dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik adalah Gempa Sukabumi dan Bogor pada 14 Juni 1900, 9 Februari 1975, 12 Juli 2000, 10 Maret 2020 (M5,0) dan terakhir adalah gempa merusak di Bogor pada 10 April 2025 yang lalu dengan magnitudo 4,1.
"Gempa dahsyat yang melanda Kota Bogor pada 11 Oktober 1834 berdampak mencapai skala intesitas VIII MMI (rusak berat) hingga IX MMI (rusak sangat berat) yang menyebabkan banyak rumah dan bangunan tembok di Batavia dan Istana Bogor rusak, diduga pemicunya adalah Sesar Citarik," jelas Daryono.
Baca Juga: Puluhan Rumah di Karawang Rusak Dampak Gempa Tadi Malam
Gempa Bogor berkekuatan M4,1 pada 10 April 2025 pukul 22.16.13 WIB merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dengan titik episenter Kota Bogor pada koordinat 6.62 LS dan 106.8 BT di kedalaman 5 km, dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sumber sesar geser (strike-slip). Episenter gempa ini terletak pada jalur Sesar Citarik.
"Bukti bahwa Gempa Bogor M4,1 adalah gempa tektonik dan bukan gempa volkanik, tampak pada bentuk gelombang gempa hasil catatan Sensor Gempa di Darmaga dan di Citeko dengan karakteristik gelombang geser yang kuat dengan komponen frekuensi tinggi," tegasnya.
Gempa Bogor saat itu disertai suara gemuruh dan dentuman.
Baca Juga: Gempa Terkini Bandung, Terjadi Peningkatan Seismik Sesar Lembang
"Suara tersebut dinilai wajar karena adanya getaran frekuensi tinggi dekat permukaan, sekaligus bukti bahwa gempa yang terjadi memiliki kedalaman sangat dangkal. Hampir semua gempa sangat dangkal lazimnya disertai suara ledakan, dentuman dan gemuruh," Jelasnya.