TatarMedia.ID - Jakarta, Capres nomor urut dua Prabowo Subianto, mengungkapkan kisah tentang dirinya yang lahir dari keluarga yang majemuk. Hal itu disampaikannya saat melakukan pertemuan dengan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) di Graha Oikumene, Jakarta, Jumat (19/1).
"Saya datang dari keluarga yang ayahnya (suku) Jawa, Ibunya Sulawesi. Saya tahu majemuk. Ada (keluarga) yang Kejawen, ada yang Muslim, ada yang Kristen. Kita hidup rukun tidak ada masalah," kata dia.
Baca Juga: Banyak Negara Dilanda Konflik, Prabowo: Kita Harus Bersyukur Dalam Kondisi Sekarang
Prabowo melanjutkan, tidak pernah sekalipun dalam keluarganya mempermasalahkan perbedaan agama. Ketika pertikaian terjadi pun, hal itu disebabkan oleh ketidakcocokan dalam berpendapat.
"Kita hidup rukun tidak ada masalah. Kalau bertikai bukan urusan agama pasti karena ketidakcocokan, bukan masalah agama," ujar Prabowo.
Dalam kesempatan itu, ia mengaku sudah beberapa kali bertemu dengan pemimpin, dan anggota PGI. Prabowo mengenang, kedekatan keluarganya dengan PGI bermula ketika salah satu pamannya memimpin Lembaga Alkitab Indonesia pada tahun 60-an.
Baca Juga: Komitmen Prabowo-Gibran Kejar Target Net Zero Emission
"Saya kira saya bukan orang baru di kalangan PGI. Kalau tidak salah di ruangan ini juga bertatap muka dengan wartawan Kristen, dan banyak keluarga saya memang juga dari keluarga besar Kristen Protestan," ujar dia.
"Bahkan saya ingat salah satu paman saya juga memimpin Lembaga Alkitab Indonesia, tahun jaman dulu 60-an. Dan waktu itu gedung PGI belum sebagus ini," tambah dia.
Tidak hanya dalam keluarga, menurut Prabowo kehidupannya juga diwarnai dengan kemajemukan. Ia bercerita selama bertugas sebagai tentara, kawan-kawan hingga komandannya berasal dari berbagai suku dan agama.
Baca Juga: Kartu Kesejahteraan Sosial Era Jokowi Akan Dilajutkan Prabowo-Gibran
"Saya masuk tentara, masuk Akmil, Sapta Marga itu pertahanan Pancasila. Saya tidur di sebelah saya ada orang Katolik, Hindu. Bersama-sama kita operasi," imbuhnya.
Salah satu nasihat yang tidak terlupa, yaitu dari seniornya Tarmizi Taher, seorang Laksamana AL yang menjabat sebagai Menteri Agama tahun 1993-1998. Saat itu, Tarmizi menekankan masyarakat minoritas merupakan saudara seperjuangan yang juga bagian dari bangsa Indonesia.
"Orang-orang minoritas bukan indekos, dia bayar. Dia bayar dengan keringat dan air mata. Jadi dia adalah saudara kita, seperjuangan, saudara sebangsa dan setanah air," kata Prabowo.
Artikel Terkait
Aliansi Advokat Indonesia Bersatu Kota Sukabumi Dukung Prabowo-Gibran
Rekor MURI Pecah Pride Relawan Politik Pertama Pengguna AI Kampanye Prabowo-Gibran
Prabowo Subianto Resmikan Bantuan Sumur Bor dan Pipanisasi Masyarakat Pajampangan Sukabumi
Roadshow Program Prabowo-Gibran di Sukabumi oleh Dedi R Wijaya
Jaringan Pemred Promedia Audiensi dengan TKN Fanta dan Relawan Digital Prabowo-Gibran
Prabowo Lepas KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat 992 Bantuan Kemanusiaan Palestina Ada Raffi Ahmad dan Atta Halilintar
Kartu Kesejahteraan Sosial Era Jokowi Akan Dilajutkan Prabowo-Gibran
Komitmen Prabowo-Gibran Terhadap Konservasi Alam dan Sanksi Tegas Perusak Alam
Komitmen Prabowo-Gibran Kejar Target Net Zero Emission
Banyak Negara Dilanda Konflik, Prabowo: Kita Harus Bersyukur Dalam Kondisi Sekarang