TatarMedia.ID - Pada 12 Oktober 2025, dunia jurnalistik Palestina berduka atas kepergian Saleh AlJafarawi, seorang jurnalis muda berusia 28 tahun yang tewas tertembak saat meliput bentrokan di kawasan Sabra, Gaza City.
Saleh AlJafarawi sendiri dikenal luas sebagai sosok yang aktif menyuarakan kondisi Gaza, melalui media sosial dan laporan langsung dari lapangan.
Menurut laporan dari berbagai sumber, termasuk Al Jazeera dan The Australian, Saleh AlJafarawi ditembak di kepala oleh anggota milisi bersenjata saat ia sedang merekam pertempuran, antara pasukan keamanan Palestina dan kelompok milisi yang diduga memiliki hubungan dengan Israel.
Baca Juga: Duka Dunia Kripto: Konstantin Galish, Investor Ukraina, Tewas Tragis di Lamborghini
Insiden ini terjadi beberapa hari setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Al-Jafarawi mengenakan rompi bertuliskan "PRESS" saat kejadian tersebut
Profil Al-Jafarawi
Lahir pada 22 November 1997, Al-Jafarawi dikenal sebagai influencer pro-Hamas dan jurnalis yang sering membagikan konten-konten dramatis di media sosial.
Ia pernah mengungkapkan bahwa kedua akun Instagram utamanya, yang memiliki total 9,5 juta pengikut, telah dihapus tanpa pemberitahuan, yang ia anggap sebagai bentuk sensor terhadap suara-suara Palestina.
Baca Juga: Dunia Perfilman Berduka, Aktris Peraih Oscar Diane Keaton Tutup Usia 79 Tahun
Selain itu, Al-Jafarawi juga dikenal dengan julukan "Mr FAFO" karena sering muncul dalam berbagai peran, mulai dari pendonor darah hingga korban serangan, yang kadang-kadang membuat publik bingung mengenai identitas aslinya.
Kematian Al-Jafarawi memicu beragam reaksi. Beberapa pihak menganggapnya sebagai korban yang tewas dalam menjalankan tugas jurnalistik, sementara yang lain mengkritik gaya dramatisnya yang dianggap sebagai propaganda.
Al-Jafarawi sendiri sebelumnya pernah mengungkapkan bahwa ia menerima ancaman dari militer Israel dan merasa hidupnya dalam bahaya.
Baca Juga: Pernikahan Mahar Rp 3 Miliar di Pacitan Jadi Sorotan, Keluarga Bantah Isu Kabur
Dampak terhadap Kebebasan Pers
Sejak dimulainya konflik besar pada Oktober 2023, lebih dari 270 jurnalis telah tewas di Gaza, menjadikannya sebagai salah satu wilayah paling berbahaya bagi pekerja media di dunia.
Kematian Al-Jafarawi menambah daftar panjang korban dan semakin menegaskan pentingnya perlindungan terhadap kebebasan pers di wilayah konflik.
Artikel Terkait
Situ Gunung Glamping: Kombinasi Sempurna Antara Kenyamanan dan Alam Sukabumi
Dunia Perfilman Berduka, Aktris Peraih Oscar Diane Keaton Tutup Usia 79 Tahun
Mengenal Profil Diane Keaton, Ikon Hollywood yang Meninggalkan Warisan Abadi
Tayang Hari Ini! Berikut Keseruan Anime One Punch Man
Duka Dunia Kripto: Konstantin Galish, Investor Ukraina, Tewas Tragis di Lamborghini
Sinopsis Typhoon Family: Lee Junho Pimpin Perusahaan di Ambang Kebangkrutan
Bertabur Bintang! Ini Profil Deretan Pemain Drakor Typhoon Family yang Sudah Tayang