TatarMedia.ID - Pada Selasa, 9 September 2025, serangan udara Israel menargetkan ibu kota Qatar, Doha, yang diklaim oleh kelompok Hamas menyebabkan enam orang tewas.
Di antara korban tersebut, terdapat anak laki-laki dari Khalil al-Hayya, seorang negosiator utama Hamas, serta tiga pengawal dan seorang ajudan pribadinya. Hamas menyatakan bahwa serangan ini gagal mengenai para pemimpin senior mereka yang berada di Qatar.
Otoritas Qatar mengutuk keras serangan ini, menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara dan menargetkan rumah anggota biro politik Hamas yang tinggal di negara tersebut.
Baca Juga: Cucu KH Hasyim Asy’ari Resmi Jabat Menteri Haji Pertama Indonesia
"kegagalan musuh untuk membunuh saudara-saudara kita dari delegasi negosiasi" ujarnya.
"Qatar dengan tegas mengecam serangan di wilayahnya. Detail lebih lanjut akan diumumkan setelah penyelidikan selesai,” demikian pernyataan resmi Qatar.
Mereka juga melaporkan bahwa seorang anggota pasukan keamanan internal Qatar tewas, dan beberapa personel keamanan lainnya mengalami luka-luka.
Baca Juga: Sejarah Baru Gereja Katolik: Carlo Acutis Jadi Santo Milenial Pertama
Serangan ini memicu reaksi internasional, termasuk dari Amerika Serikat. Presiden Donald Trump menyatakan ketidakpuasannya terhadap situasi ini, meskipun sebelumnya Tel Aviv telah memberi tahu Washington tentang rencana serangan tersebut.
Serangan ini menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah yang sudah tegang, dengan Hamas menegaskan bahwa serangan ini tidak akan menggoyahkan komitmen mereka terhadap perjuangan Palestina.
Baca Juga: Steffi Zamora Bagikan Kabar Kehamilan, Netizen Langsung Singgung Soal Pernikahan