"Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih serius dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," tutur Daryono.
'Terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut 'tinggal menunggu waktu' yang kami sampaikan sebelumnya, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat." sambung Dia.
Baca Juga: Gempa Cerminan Megathrust Banten Hingga Pagi Terjadi 39 Gempa Susulan
Terkait kata-kata &tinggal menunggu waktu' dijelaskan karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua, sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi.
Daryono menegaskan, hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, dimana, dan berapa kekuatannya), sehingga tidak dapat diprediksi kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya.
Baca Juga: Gempabumi Terkini Aceh Akibat Aktivitas Megathrust
"Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat," tegasnya lagi.
"Untuk itu, kepada masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. BMKG selalu siap memberikan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat." Pungkasnya.(*)
Artikel Terkait
Gempabumi Terkini Aceh Akibat Aktivitas Megathrust
BMKG : Gempabumi Terkini Banten Cerminan Gempa Megathrust
Gempa Cerminan Megathrust Banten Hingga Pagi Terjadi 39 Gempa Susulan
Gempa Terkini Simeuleu Akibat Aktivitas Megathrust
Gempabumi Dangkal Megathrust Event Episenter Lampung
Dampak Gempabumi Megathrust di Jepang ke Indonesia, Ini Penjelasan BMKG