TatarMedia.ID - Kemenkes adopsi inovasi teknologi Wolbachia untuk menekan kasus penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
Efektivitas Wolbachia telah diteliti sejak 2011 dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija.
Teknologi Wolbachia adalah mengawinkan nyamuk penyebab DBD Aedes Aegypti dengan nyamuk yang sudah diberikan bakteri Wolbachia.
Baca Juga: Rumput Stadion JIS Jakarta Jelek, FIFA Kasih Nilai
Nyamuk hasil keturunan ini selanjutnya disebarkan diharapkan nantinya akan berbaur dengan Aedes Aegypti di lingkungan bebas.
Uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia selanjutnya dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022 lalu.
Hasilnya, di lokasi yang telah disebar Wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86%.
Baca Juga: Polres Cianjur Ringkus 3 Anggota Geng Motor 6 Masih DPO
Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, membenarkan penurunan penyebaran Dengue yang signifikan setelah penerapan Wolbachia di dua wilayah tersebut.
"Jumlah kasus DBD di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015 – 2022) berada di bawah garis minimum," ungkap Emma.
Untuk diketahui pemanfaatan teknologi Wolbachia telah dianggap berhasil di 9 negara diantaranya Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
Baca Juga: Jokowi dan Biden Bicara Untuk Hentikan Perang di Gaza
Dalam inovasi teknologi ini jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.
Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.
Pada awal penyebaran nyamuk Wolbachia di lingkungan masyarakat mengaku khawatir