TatarMedia.ID - Analisis geologi Gempabumi merusak di Jawa Barat Selatan dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
BMKG menyebut Gempabumi bermagnitudo 6,2 pada Sabtu 27 April pukul 23:29:47 WIB dengan episenter Samudera Hindia pada koordinat 107,26 BT dan 8,42 LS, sekitar 151,7 KM barat daya Garut, Jawa Barat di kedalaman 70 KM.
Sementara itu The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, menyebut pusat gempa ini berada pada koordinat 107,272 BT dan 8,110 LS dengan magnitudo 6,1 pada kedalaman 68,3 km.
Baca Juga: Fakta Fakta Gempa Magnitudo 6,2 di Laut Selatan Jawa Barat
Sedangkan data dari GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, pusat gempa berada pada koordinat 107,41 BT dan 7,88 LS, dengan magnitudo 6,1 pada kedalaman 67 km.
Pusat gempabumi berada di laut pada kedalaman menengah sehingga guncangan terasa cukup luas di Jawa Barat.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan menyebut morfologi wilayah pesisir Jawa Barat selatan umumnya berupa dataran pantai berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara.
Baca Juga: Dampak Kerusakan Akibat Gempa M6,2 Jawa Barat Bertambah
Menurut data Badan Geologi (BG) daerah pesisir pantai tersusun oleh tanah lunak (kelas E) dan tanah sedang (kelas D), sedangkan daerah perbukitan tersusun oleh tanah keras (kelas C).
Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan Gunung Api.
"Sebagian batuan berumur Tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempabumi," terang Hendra Gunawan dalam keterangan yang dikutip TatarMedia.ID, Senin (29/04).
Baca Juga: Gunung Marapi Erupsi Dibarengi Suara Dentuman dan Gemuruh
Selain itu menurut Dia, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas penunjaman/ subduksi atau dapat disebut juga gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik.