TatarMedia.ID - Malam Satu Suro adalah momen yang sangat sakral bagi masyarakat Jawa, jatuh pada tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah, yang sekaligus menjadi awal tahun baru dalam kalender Jawa.
Dalam kepercayaan Jawa, Malam Satu Suro dianggap sebagai hari yang penuh dengan energi spiritual tinggi.
Oleh karena itu, banyak ritual dan tradisi yang dilakukan untuk menyambutnya, seperti Tirakatan, Selametan, dan Kungkum.
Tradisi-tradisi Malam Satu Suro bertujuan untuk mendapatkan keselamatan, ketenangan batin, serta membersihkan diri dari segala hal negatif.
Baca Juga: Kampung Buyut Cipageran: Menjelajahi Pesona Budaya Sunda di Cimahi
Namun selain ritual, ada beberapa pantangan yang sangat dihindari oleh masyarakat Jawa saat Malam Satu Suro.
Ini bukan sekadar mitos, pantangan ini adalah pedoman hidup yang mengandung nilai-nilai filosofis dan kearifan lokal.
1. Salah satu pantangan paling umum adalah larangan bepergian jauh, terutama untuk hal-hal yang tidak penting.
Masyarakat Jawa meyakini bahwa pada momen ini, energi spiritual di alam semesta sangat kuat, dan bepergian jauh dapat membuat seseorang rentan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan atau energi negatif.
Baca Juga: Warisan Budaya Ngarak Posong, Seni dan Syukur yang Menghidupkan Tanah Cianjur
2. Malam Satu Suro juga dianggap sebagai waktu untuk menenangkan diri dan fokus pada spiritualitas. Oleh karena itu, mengadakan pesta atau hajatan besar seperti pernikahan tidak dianjurkan.
Dipercaya bahwa melanggar pantangan ini dapat membawa kesialan atau ketidakberuntungan bagi pasangan atau keluarga yang melaksanakannya.
3. Menjaga lisan dan emosi adalah hal krusial. Pada malam yang sakral ini, masyarakat Jawa sangat dianjurkan untuk menjaga keharmonisan, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Baca Juga: Kacapi Sunda, Warisan Budaya Sunda yang Indah Nan Sarat Makna yang Mendunia