Kegempaan selengkapnya terekam 8 kali gempa Erupsi/Letusan, 65 kali, gempa Hembusan, 2 kali gempa Low Frequency, 1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 11 kali, gempa Vulkanik Dalam, 8 kali gempa Tektonik Lokal, 18 kali gempa Tektonik Jauh, dan Tremor Menerus dengan amplitudo 0.5-2 mm (dominan 1 mm).
Data deformasi dari Stasiun Tiltmeter Batupalano pasca erupsi utama 3 Desember 2023 memperlihatkan kecenderungan mendatar pada sumbu tangensial maupun sumbu radial.
Sementara untuk Stasiun Tiltmeter Puncak masih mengalami kerusakan terkena material erupsi 3 Desember.
Baca Juga: Gunung Marapi Erupsi Suara Dentuman Didengar Hingga Bukittinggi
"Aktivitas vulkanik Gunung Marapi pada awal tahun 2023 didominasi oleh erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 hingga 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75-1000 meter di atas puncak," terang Hendra.
"Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa Tektonik Lokal dan Tektonik Jauh. Namun demikian jenis gempa vulkanik masih terekam meskipun dalam jumlah yang relatif rendah, yang mengindikasikan masih tetap ada dorongan magma/fluida dari kedalaman," sambung Dia.
Lebih lanjut Kepala PVMBG paparkan, Pada 3 Desember 2023 pukul 14:54 WIB kembali terjadi erupsi yang tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan. Tercatat gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya terekam 3 kali dari tanggal 16 November – 2 Desember 2023 dengan baseline RSAM (Real Seismic Amplitude Measurement) relatif mendatar.
Baca Juga: Sumedang Rawan Gempa Beberapa Sesar Aktif dan Sesar Baru Penyebab Gempa Ditemukan BMKG
Data tiltmeter juga menunjukkan
pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial.
Pascaerupsi 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih berlangsung hingga saat ini.
Jumlah erupsi harian cenderung menurun namun sebaliknya jumlah gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) cenderung meningkat yang mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi dan cenderung meningkat. Hal ini juga terlihat dari grafik baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar.
"Adanya aktivitas erupsi yang teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi dan gempa hembusan yang disertai dengan tremor menerus menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih tergolong tinggi." ungkap Hendra.
Baca Juga: 2 Kali Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur NTT
"Data dari satelit Sentinel juga menunjukkan bahwa laju emisi (fluks) gas SO2 yang dihasilkan dari aktivitas Gunung Marapi saat ini tergolong tinggi." sambung Dia lagi.
Kehadiran magma di dalam/dasar kawah yang terindikasi sejak teramati pancaran sinar api di puncak Gunung Marapi pada tanggal 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik.
Baca Juga: Diduga Bunuh Diri! Penemuan Jenazah Wanita Misterius Berkerudung Hitam di Rell Paledang Cicantayan
Lanjut Hendra, kondisi tersebut di atas dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunungapi yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi dengan energi yang meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi. Oleh karena itu potensi/ancaman bahaya Gunung Marapi juga dapat menjadi lebih luas, yaitu jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi/ancaman bahaya dari lontaran material vulkanik berukuran batu (bom), lapili, atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi/Kawah Verbeek.
Artikel Terkait
2 Gunung Api di Nusa Tenggara Timur Erupsi Berbarengan
3 Gunung Api di Indonesia Hari Ini Erupsi Gunung Semeru Semburkan Abu Vulkanik Hingga 2 KM
2 Kali Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur NTT
Gunung Marapi Erupsi Suara Dentuman Didengar Hingga Bukittinggi
Waspada 2 Gunung Api Erupsi, Gunung Ibu di Maluku Utara dan Gunung Marapi di Sumatera Barat