TatarMedia.ID - Tanggal 1 September memiliki kedalaman makna yang tak sekadar menandai permulaan bulan, tetapi menyingkap jejak sejarah dan nilai kemanusiaan yang penting.
Di Indonesia, tanggal 1 September mengingatkan publik akan peristiwa bersejarah kelahiran Polisi Wanita (Polwan).
Pada 1 September 1948, di Bukittinggi, enam wanita yaitu Mariana Saanin, Nelly Pauna, Rosmalina Loekman, Dahniar Sukotjo, Djasmainar, dan Rosnalia Taher, diterima mengikuti pendidikan kepolisian di Sekolah Polisi Negara bersama puluhan siswa laki-laki, sebuah langkah monumental yang menandai dimulainya kiprah resmi Polwan di Indonesia.
Baca Juga: Eko Patrio dan Uya Kuya Dinonaktifkan dari Anggota DPR Fraksi PAN
Seiring waktu, lembaga pendidikan khusus Polwan berdiri, simbol kebanggaan muncul, monumen Polwan dibangun di Bukittinggi, dan hingga kini peringatan Hari Polwan tiap 1 September menjadi momentum membangun inklusivitas serta mengapresiasi dedikasi perempuan di institusi kepolisian.
Secara global, 1 September juga dikenal sebagai Hari Menulis Surat Sedunia. Inisiatif ini lahir dari kecintaan seorang penulis dan fotografer Australia, bernama Richard Simpkin terhadap surat tulisan tangan.
Dengan semangat menghormati seni komunikasi yang kian langka di era digital, hari ini diajak sebagai apresiasi pada bentuk hubungan personal yang hangat dan berkesan.
Baca Juga: Mengenal Feby Belinda, Istri Ahmad Sahroni yang Jarang Tersorot
Melangkah ke ranah sejarah dunia, tanggal ini menyimpan arti duka mendalam. Pada pagi hari 1 September 1939, Nazi Jerman meluncurkan invasi terhadap Polandia tanpa deklarasi perang, mengawali Perang Dunia II.
Dengan taktik blitzkrieg yang brutal, pasukan Jerman menerobos garis pertahanan Polandia sambil melakukan serangan udara dan darat secara simultan, menghancurkan kota-kota dan mengguncang tatanan global selama hampir enam tahun antara 1939 hingga 1945.
Sebagai respons terhadap tragedi itu, Jerman dan beberapa wilayah lainnya memperingati tanggal ini sebagai Antikriegstag atau Hari Menolak Perang.
Baca Juga: Bukan Hanya Jarah, Massa Tinggalkan Pesan 'Menohok' di Rumah Eko Patrio
Ketika kita merenungkan makna tanggal 1 September, kita menemukan tiga lapisan sejarah dan nilai, yaitu pengakuan terhadap jejak perempuan dalam pembangunan negara, penghargaan terhadap cara sederhana namun penuh makna dalam menyampaikan pesan, serta peringatan akan kegagalan kemanusiaan saat mengambil jalan kekerasan.(*)
Artikel Terkait
Jerome Polin Ungkap Penawaran Jadi Buzzer Pemerintah: Rp150 Juta Sekali Posting
Keamanan Diperketat, Kediaman Sri Mulyani di Bintaro Dijaga Tentara Setelah Aksi Penjarahan
Mengenal Feby Belinda, Istri Ahmad Sahroni yang Jarang Tersorot
Masak Mudah Hari Ini: Resep Membuat Mie Bangladesh ala Rumahan, Simpel dan Lezat
Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach Resmi Dinonaktifkan dari Fraksi Partai Nasdem
Eko Patrio dan Uya Kuya Dinonaktifkan dari Anggota DPR Fraksi PAN
Sejumlah Kebijakan DPR Akan Dicabut, Prabowo: Negara Wajib Hadir Melindungi Rakyatnya