TatarMedia.ID - Aktivitas Gempa Sumedang merusak lebih dari 149 bangunan rumah warga yang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan sebelumnya.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami pada BMKG, Dr. Daryono sebut, Gempa Sumedang mirip Gempa Kalatoa di Laut Flores berkekuatan M7,4 (2021), Gempa Talamau 2022, dan Gempa Probolinggo magnitudo 4,1 (2022) yang juga terjadi di zona seismisitas rendah.
Hasil analisa BMKG menemukan sejumlah fakta atas rentetan Gempabumi yang terjadi dengan episenter Sumedang Jawa Barat.
Baca Juga: Sumedang Rawan Gempa Beberapa Sesar Aktif dan Sesar Baru Penyebab Gempa Ditemukan BMKG
Fakta pertama adalah, Gempa Sumedang merupakan jenis gempa Kerak Dangkal (shallow crustal earthquake).
"Gempa semacam ini dipicu aktivitas sesar aktif, yang seluruh pelepasan energinya terkonsentrasi pada wilayah lokal. Meskipun magnitudonya relatif kecil 4,8, Gempa Sumadang dapat merusak lebih dari 149 bangunan rumah," terang Dr. Daryono, Jumat (12/01/2024).
Lanjut Daryono, selain kedalaman gempa yang cukup dangkal, episenter gempa kerak dangkal yang terletak di zona tanah lunak dan tebal akan memicu resonansi yang berujung amplifikasi / penguatan gelombang gempa, sehingga gempa kerak dangkal dikenal sangat merusak dan mematikan.
Baca Juga: Sumedang Kembali Diguncang Gempa BMKG Bentuk Tim Khusus Lakukan Hal Ini
Beberapa contoh gempa kerak dangkal adalah Gempa Cianjur 2022 dengan lebih dari 600 korban meninggal dunia, Gempa Yogyakarta 2006 dengan korban lebih dari 6000 meninggal dunia, Gempa Turki 2023 lebih dari 17,000 orang meninggal dunia, Gempa Sichuan China 2008 lebih dari 70,000 orang meningal dunia.
"Gempa Sumedang memberi pelajaran akan pentingnya mitigasi konkrit dengan mewujudkan bangunan dengan struktur kuat dan rencana tata ruang wilayah yang aman, berbasis risiko gempabumi," jelas Daryono.
Fakta Kedua Gempa Sumedang, menurut Daryono sebenarnya terjadi di zona kegempaan rendah (low seismicity).
Baca Juga: Semenjak Gempa Sumedang di Tahun Baru 2024, Ada Gempa Susulan Beberapa Tidak Dirasakan
Dijelaskan Daryono, dalam peta seismisitas Jawa Barat, tampak bahwa Kota Sumedang tidak terdapat kluster seismisitas mencolok seperti lazimnya di jalur sesar aktif. Gempa Sumedang mirip Gempa Kalatoa di Laut Flores M7,4 (2021), Gempa Talamau 2022, dan Gempa Probolinggo M 4,1 (2022) yang juga terjadi di zona seismisitas rendah.