"Sebelum erupsi, wilayah utara-barat laut dari puncak kawah utama Gunungapi Ibu masih berupa hutan dan perkebunan milik warga. Setelah terjadi erupsi, sebagian hutan dan perkebunan miliki empat KK tertutup material longsoran lahar tersebut," beber Muhari.
Dalam operasi pemetaan itu, tim mengerahkan pesawat nirawak bernama Wingtra Gen-2 yang memiliki kemampuan pemetaan cepat untuk visual surveilance dan dapat menampilkan tangkapan kejadian secara langsung.
Drone jenis tailsitter ini mampu menjangkau coverage area atau cakupan wilayah terbang dalam sekali pemetaan seluas kurang lebih 300 hektar selama kurang lebih 30 menit.
Baca Juga: Gunung Ibu Kembali Erupsi Tinggi Kolom Letusan 5 KM
"Sesuai dengan jenisnya, drone ini secara sistematis dapat diterbangkan secara vertikal menggunakan dua baling-baling utama yang kemudian dapat berubah mode menjadi fixed wing ketika melakukan misi pemetaan, sehingga tidak membutuhkan area lepas landas dan pendaratan yang luas. Di samping itu proses pesiapan terbangnya pun lebih cepat sehingga tim tidak membutuhkan waktu yang teralu lama dalam melakukan proses pemetaan hingga pengolahan data." Pungkas Muhari.(*)