TatarMedia.ID - Warga di sekitar Gunung Tangkuban Parahu informasikan abu vulkanik keluar dari kawah hingga dirasakan perih di mata.
Informasi itu disampaikan warga pada Minggu (18/08/ 2024) kemarin. Tanggapi isu tersebut, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid menyatakan bahwa sampai saat ini tingkat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal).
Untuk diketahui Gunung Tangkuban Parahu merupakan Gunung Api aktif yang masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Baca Juga: Terjadi Awan Panas Guguran Gunung Merapi Malam Ini
Gunung Api ini memiliki 9 kawah dengan dua kawah utama berada di area puncak, yaitu Kawah Ratu dan Kawah Upas.
Erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada umumnya berupa letusan freatik yang berasal dari Kawah Ratu.
Aktivitas erupsi terakhir Gunung Tangkuban Parahu terjadi tahun 2019 dimulai dengan erupsi freatik dari Kawah Ratu pada tanggal 26 Juli 2019 pukul 15:48 WIB. Dengan meningkatnya tingkat kejadian aktivitas erupsi yang cukup signifikan, pada 2 Agustus 2019 pukul 08:00 WIB tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu ditingkatkan menjadi Level II (Waspada).
Baca Juga: Potensi Banjir Lahar Dingin Gunung Ibu BNPB Siapkan Sistem Peringatan Dini
Setelah menjalani fase erupsi selama hampir 3 bulan, aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Perahu selanjutnya turun secara signifikan hingga statusnya kembali diturunkan menjadi level I (Normal) pada 21 Oktober 2019 pukul 09:00 WIB.
"Pada 18 Agustus 2024 terdapat informasi dari warga di sekitar Gunung Tangkuban Parahu menginformasikan keluarnya abu vulkanik dari kawah yang mengakibatkan pedih di mata," ungkap Muhammad Wafid, seperti dikutip TatarMedia.ID, Senin (19/08).
Lanjut Wafid, hingga saat ini tingkat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal), ditandai dengan aktivitas hembusan asap dari Kawah Ratu berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal, dengan ketinggian 5 – 150 meter di atas dasar kawah dan 5 – 175 meter di atas dasar Kawah Ecoma.
Baca Juga: Penjelasan BMKG Terkait Rangkaian Gempabumi Kuningan Akibat Sesar Ciremai
"Tidak teramati keluarnya abu vulkanik di sekitar kawah ratu. Rekaman kegempaan selama Januari hingga 18 Agustus 2024 menunjukkan gempa Hembusan kurang dari 5 kejadian perhari dan gempa vulkanik yang berasosiasi dengan suplai magma sangat jarang terekam dan tidak terekam adanya kejadian gempa letusan/erupsi," jelas Wafid.