Hasil pengukuran deformasi dengan peralatan Tiltmeter dan Electronic Distance Measurement (EDM), mengindikasikan relatif terjadi inflasi pada segmen Upas dan tidak terjadi pola perubahan deformasi pada segmen Lereng.
Menurut Wafid, berdasarkan hasil pengukuran multigas yang berada di selatan bibir kawah ratu dengan periode pengukuran setiap 6 jam/hari (pukul 00.00, 06.00, 12.00, 18.00 WIB) pengukuran gas periode 12 hingga 18 Agustus 2024 berada pada kondisi normal dengan konsentrasi gas terukur untuk CO2 410-435 ppm (ambang batas 5000 ppm) H2S: 0.1-3.5 ppm (ambang batas 10-15 ppm) dan SO2 < 0.1 ppm ambang batas 5 ppm).
"Baik konsentrasi maupun rasio gas tidak memperlihatkan kecenderungan peningkatan, kondisinya hanya berfluktuasi," sambung Dia.
Baca Juga: Longsor di Padang Pariaman Satu Warga Tewas Tertimbun Tanah
Namun demikian karena lokasi pengukuran gas yang berbeda antara lokasi stasiun dan lokasi pengunjung maka data konsentrasi gas dari multigas tersebut (selatan) tidak dapat menggambarkan data konsentrasi gas yang mengarah ke pengunjung (tenggara-timur).
"Jika pengunjung merasakan perih di mata kemungkinan pada saat itu gas-gas dari kawah sedang mengarah ke pengunjung," imbuhnya.
"Dan karena pengunjung berada di lokasi cukup lama hal itu dapat menyebabkan iritasi di mata. Namun hal ini sangat tergantung dengan kondisi ketahanan tubuh dari masing-masing orang/pengunjung," sambung Dia lagi.
Baca Juga: Ono Surono Siap Duel Head To Head Dedi Mulyadi di Pilkada Jabar
Sementara paparan gas vulkanik menurut Wafid, sangat dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin di sekitar kawah.
Saat ini tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu dinilai masih berada pada Level I (Normal) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral keluarkan rekomendasi bagi Masyarakat dan pengunjung untuk tidak mendekat ke dasar kawah, tidak berlama-lama dan tidak menginap di area kawasan kawah aktif Gunung Tangkuban Parahu.
Masyarakat maupun pengunjung segera jauhi atau tinggalkan area sekitar kawah jika teramati peningkatan intensitas ketebalan asap kawah jika tercium bau gas yang menyengat untuk menghindari potensi bahaya paparan gas beracun maupun erupsi freatik.
Baca Juga: Kenali Gempabumi dan Tsunami Sebagai Mitigasi dan Kesiapsiagaan
Perlu diwaspadai potensi bahaya berupa erupsi freatik, yaitu erupsi yang terjadi tanpa ada peningkatan gejala vulkanik yang jelas atau signifikan. Erupsi freatik dapat terjadi disertai hujan abu dan lontaran material di sekitar kawah.
Masyarakat dan pengunjung Gunung Tangkuban Parahu serta obyek wisata yang dekat dengan Gunung Api ini diharap tetap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu erupsi Gunung Tangkuban Parahu dan tetap mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu melalui aplikasi Magma Indonesia.(*)
Artikel Terkait
Potensi Banjir Lahar Dingin Gunung Ibu BNPB Siapkan Sistem Peringatan Dini
Peningkatan Temperatur Kawah Gunung Kelimutu NTT
BMKG : Waspada Gelombang Tinggi hingga 4 Meter di Perairan Indonesia
Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Tinggi Kolom Letusan 1000 Meter
Terjadi Awan Panas Guguran Gunung Merapi Malam Ini