Namun, BMKG mencatat adanya potensi gelombang sangat tinggi hingga mencapai enam meter di Laut Natuna Utara dan Samudra Hindia bagian selatan Jawa hingga NTB pada awal Januari 2025.
Bagi pelaku pelayaran, nelayan, dan masyarakat pesisir diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya gelombang tinggi tersebut.
Guswanto menambahkan bahwa memasuki bulan Januari 2025, BMKG memproyeksikan curah hujan tinggi (>150 mm/dasarian) berpotensi terjadi di sejumlah wilayah, seperti sebagian Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Curah hujan yang intens ini dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
Baca Juga: Kondisi Terkini Kawasan Longsor Ruas Jalan Bagbagan - Kiaradua
Selain itu, wilayah Papua bagian tengah juga perlu meningkatkan kewaspadaan karena curah hujan bulanan di wilayah tersebut diprediksi mencapai lebih dari 500 mm selama Januari 2025.
Pada periode yang sama, puncak musim hujan juga akan terjadi di beberapa wilayah, seperti Lampung, sebagian besar Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, serta Papua.
Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto mengungkapkan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca telah dilakukan dan masih terus disiagakan sebagai langkah mitigasi bencana hidrometeorologi dan untuk mendukung kelancaran perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024, terutama di wilayah-wilayah dengan potensi bencana tinggi, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Baca Juga: Siaga! Gunung Api Ibu Erupsi 8 Kali, Kolom Letusan Mencapai 3 Kilometer
"Selain untuk mitigasi bencana, operasi ini juga mendukung aktivitas masyarakat selama periode libur Natal dan Tahun Baru," ujar Seto.
Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita menyampaikan sejumlah rekomendasi bagi masyarakat.
Pertama, disarankan untuk menjalankan aktivitas malam pergantian tahun dengan tetap memperhatikan kondisi cuaca lokal.
Baca Juga: Dampak Banjir yang Merendam SMKN 1 Tegalbuleud, Kerugian Capai Rp1,3 Miliar
Kedua, selalu pantau informasi dan peringatan dini cuaca melalui kanal resmi BMKG untuk memastikan kesiapsiagaan terhadap perubahan cuaca yang dinamis.
Ketiga, pemerintah daerah di wilayah rawan bencana hidrometeorologi diharapkan tetap siaga dan memperkuat koordinasi mitigasi guna mengantisipasi kemungkinan terburuk.