TatarMedia.ID - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan Presiden RI, Prabowo Subianto, resmi dimulai pada Senin, 6 Januari 2025.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan gizi anak-anak sekolah dasar di seluruh Indonesia, terutama mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Namun, di balik keberhasilan program ini, terdapat kisah pilu yang mengungkap realitas kehidupan anak-anak dari keluarga pra-sejahtera.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis untuk Ibu Hamil Mulai 9 Januari, Sasar Kelompok Rentan
Beberapa siswa lebih memilih membawa pulang makanan bergizi yang seharusnya mereka nikmati di sekolah demi berbagi dengan keluarga di rumah.
Siswa Gorontalo: “Di Rumah Tidak Ada Nasi”
Kisah menyentuh datang dari seorang siswa di Gorontalo, Sulawesi Utara. Ketika teman-temannya menikmati makanan dari Dapur MBG, ia justru memilih menyimpan makanannya.
"Di rumah tidak ada nasi," katanya dengan polos. Ia lebih memilih membawa makanan itu untuk ibunya yang sedang tidak memiliki apapun untuk dimakan.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Kendari Pakai Uang Pribadi Prabowo, Berikut Faktanya
"Mau kasih makanan ini ke Mama," lanjutnya sambil meminum susu yang merupakan bagian dari menu MBG. Kisahnya mengundang haru banyak pihak, menggambarkan kondisi kemiskinan yang masih menjadi tantangan di daerah-daerah terpencil.
Tangisan Siswa di Sumut: Rindu Makan Bersama Orang Tua
Kisah pilu lainnya terjadi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Seorang siswa SD tak kuasa menahan tangis ketika melihat makanan bergizi yang disajikan.
Baca Juga: Resmi! Program Makan Bergizi Gratis Hadir di Kecamatan Ciracap Sukabumi
"Senang dapat makanan, namun ingat Mama dan Bapak di rumah. Mau makan sama Mama soalnya lagi sakit," ujarnya sambil terisak.
Ia mengungkapkan bahwa orang tuanya bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu.
Kisah ini menggambarkan betapa beratnya perjuangan keluarga-keluarga kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.