TatarMedia.ID - Tiba‑tiba nama Gus Yahya menjadi pusat perhatian publik, setelah pengurus Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan keputusan memecat beliau dari jabatan sebagai Ketua Umum PBNU.
Keputusan pemecatan Gus Yahya itu disampaikan melalui surat edaran PBNU nomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025 sebagai tindak lanjut hasil Rapat Harian Dewan Syuriah PBNU.
Gus Yahya sendiri lahir pada 16 Februari 1966 di Rembang, Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga besar ulama NU, putra dari Muhammad Cholil Bisri dan keponakan dari ulama ternama Mustofa Bisri (Gus Mus).
Baca Juga: Mudy Taylor Tutup Usia: Komika Bergitar yang Mengukir Tawa di Panggung Stand-Up
Sejak kecil, ia menimba ilmu agama di pesantren keluarga, yaitu Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, kemudian melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Al‑Munawwir Krapyak di Yogyakarta.
Secara akademis, ia menempuh pendidikan di jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM).
Karier Gus Yahya di NU sudah panjang dan melewati berbagai posisi strategis. Sebelum menjabat sebagai Ketua Umum, ia pernah menjadi Katib A’am PBNU pada periode 2015–2021.
Baca Juga: Mengenal Tigor Siahaan, Eks CEO CIMB yang Kini Pimpin Superbank
Pemilihan Ketum PBNU baginya adalah puncak karier dalam organisasi: pada Muktamar ke‑34 di Bandar Lampung, 2021, ia berhasil terpilih dengan perolehan 337 suara, mengalahkan petahana.
Namun, pada akhir November 2025, internal PBNU memanas. Dalam risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU disebut bahwa salah satu alasan pemecatan Gus Yahya adalah terkait kehadiran narasumber yang dianggap terafiliasi “jaringan Zionisme internasional” dalam program kaderisasi tertinggi PBNU.
Bukan tanpa sebab, hal itu terjadi karena Gus Yahya sendiri terlibat, sehingga sebuah keputusan yang dianggap melanggar nilai dan asas organisasi. Selain itu, ada juga sorotan terhadap dugaan pelanggaran tata kelola keuangan di PBNU.
Baca Juga: Olla Ramlan Go Public: Liburan Romantis Bersama Tristan Molina Jadi Sorotan Netizen