Suhu air kawah Ijen juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan/konsentrasi gas yang keluar dari dasar danau.
Dalam kondisi meningkatnya aktivitas Kawah Ijen, biasanya gelembung gas dipermukaan air kawah akan muncul. Beberapa kejadian peningkatan aktivitas Kawah Ijen seringkali diikuti oleh kejadian 'outburst gas' atau letusan/semburan gas dari danau kawah Ijen, gas yg menyembur tersebut terutama adalah CO2.
Gas CO2 ini mempunyai berat jenis yang lebih berat dari udara, sehingga CO2 yang keluar akibat letusan/semburan ini, cenderung dapat mengalir menyusuri lembah seperti kejadian letusan/semburan gas di Kawah Ijen di Bulan Maret 2018.
Secara visual warna air kawah normal (hijau toska), tidak terjadi perubahan warna air kawah, tidak nampak adanya bualan gas di permukaan air, suhu air kawah masih normal yaitu 34°.
Pada periode 1 Juni 2024-12 Juli 2024, jumlah gempa Vulkanik Dangkal dan gempa Vulkanik Dalam cenderung menurun, sedangkan jumlah gempa lainnya berfluktuasi normal.
Rekaman RSAM sejak 1 Januari 2023 menunjukkan pola yang berfluktuasi dan cenderung meningkat meskipun kecil.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores NTT 9 Kali Erupsi Hari Ini
Energi seismik secara umum berfluktuatif dan perlahan meningkat sejak 2023, namun pada tgl 12 Juli peningkatan energi yg signifikan teramati bersamaan dengan membesarnya amplitudo tremor menerus.
"Meskipun pada umumnya kegempaan berfluktuasi normal, namun sejak tanggal 12 Juli 2024 pukul 17.00 – 21.00 WIB rekaman gempa tremor meningkat fluktuatif dengan amplitudo 5-25 mm. Dan sejak sekitar pukul 21.10 WIB rekaman gempa tremor dengan amplitude > 46 mm (over scale)," beber Tyas.
Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan dari aktivitas vulkanik di Gunung Ijen pada saat ini adalah adalah gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah yang berasal dari aktivitas solfatar di dinding kawah Ijen dan juga difusi gas-gas vulkanik dari dalam kawah ke permukaan; dan erupsi freatik berupa semburan gas dari danau kawah.
Baca Juga: Penjelasan BMKG Terkait Gempa Enggano Bengkulu
Menurut Tyas, Erupsi freatik bisa terjadi tanpa didahului oleh peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan.
"Berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan 12 Juli 2024 maka tingkat aktivitas G. Ijen dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) terhitung sejak 12 Juli 2024 pukul 22.00 WIB," tegasnya.
Artikel Terkait
Gunung Ibu di Halmahera Erupsi Muntahkan Lava Pijar Kolom Abu Vulkanik Mencapai 5 KM
Gunung Ibu 4 Kali Erupsi Terjadi Muntahan Abu dan Lava Pijar Hingga Suara Gemuruh
Gunung Ibu Erupsi Malam Ini Terjadi Lontaran Batu dan Lava Pijar
Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores NTT 9 Kali Erupsi Hari Ini
Gunung Dukono Erupsi Tinggi Letusan Abu Vulkanik Mencapai 1200 Meter