Hidayat juga menyoroti pentingnya belajar dari pengalaman negara lain, seperti Jepang, yang berhasil membangun ketahanan bencana melalui pemahaman sejarah dan penelitian bencana purba.
Kolaborasi dan Peran Masyarakat dalam Mitigasi Bencana
Ia menekankan pentingnya gotong royong dalam membangun ketangguhan, mulai dari keluarga hingga masyarakat luas.
"Cerita rakyat, permainan tradisional, seni, dan teknologi dapat menjadi alat komunikasi risiko yang efektif, didukung oleh tokoh masyarakat, agama, media, NGO, dunia usaha, dan akademisi," katanya.
Baca Juga: Panduan Lengkap Pendaftaran Nikah, Proses Offline di KUA dan Online di SIMKAH Kemenag
Pemetaan audiens, penyusunan pesan yang tepat, dan pemilihan media yang sesuai menjadi langkah penting untuk meningkatkan kesadaran risiko bencana.
"Membangun ketangguhan terhadap bencana adalah investasi jangka panjang bagi bangsa ini," tutup Hidayat.
Artikel Terkait
Baby Bump Jadi Prioritas, Mahalini Raharja Vakum dari Panggung
5 Cara Kreatif Melestarikan Seni Tradisional di Era Modern
Sosok Bagong Kussudiardja, Salah Satu Tokoh Kesenian Tradisional Indonesia
Jangan Jadi Korban! Begini Cara Menghindari Serangan Siber
Mengenal Penyebab Kulit Berminyak dan Cara Mengatasinya
Bisakah Menikah Secara Online? Kemenag Sukabumi Ungkap Regulasi Kementerian Agama
Panduan Lengkap Pendaftaran Nikah, Proses Offline di KUA dan Online di SIMKAH Kemenag
Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang Melibatkan Truk Batu Bara Bus Primajasa dan 3 Minibus
Disebut Sebagai Miniatur Raja Ampat, Ini Alasan Harus Kunjungi Wisata Bajulmati Reservoir
Keputusan Biaya Haji 2025 Kemenag Sukabumi Tunggu Penetapan, Ini Estimasi Kuotanya