Permasalahan kekeringan tidak hanya menjadikan warga petani kehilangan mata pencarian, kondisi ini juga mengakibatkan konflik nyaris adu fisik para petani yang membutuhkan air.
"Saya sudah mendamaikan 3 kali (kasus) ribut berebut air antara petani," kata Dedi didampingi petani lain yang saat diwawancarai memakai kaos 02 Prabowo Gibran.
Baca Juga: RIP Konglomerat Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall Tutup Usia
Dampak kekeringan areal pertanian cukup berdampak pada terpuruknya perekonomian warga Kamandoran, sejumlah petani beralih mata pencarian menjadi buruh tambang pasir, kuli bangunan, bahkan menjadi penganggur.
"Terutama para petani penggarap ya, yang tidak punya tanah hanya kuli sebagai penggarap sawah orang, kasihan banyak yang nganggur juga," keluhnya.
Baca Juga: Pengacara Lisa Mariana Ungkap Ridwan Kamil Menafkahi Kliennya Hingga Lahiran
Warga petani berharap instansi terkait secepatnya mencari solusi agar kondisi kekeringan bisa teratasi
"Saya sudah ajukan ke PSDA, ke BPBD, tapi sampai saat ini belum ada kejelasan. Kami masih nunggu kepastian kapan dibangun tapi dari Dinas PU juga tidak jelas," pungkasnya.(*)
Artikel Terkait
Petani Jampangtengah Perjuangkan HGU eks PT Bumiloka Momentum Hari Tani Nasional 2024
Pertanian Melon Modern Desa Bansari Support BRI Dukung Pertumbuhan Ekonomi Kerakyatan
2 Pelaku Pembobol Toko Pertanian di Jampangkulon Diringkus Polisi
Libur Lebaran Tak Perlu Khawatir Hujan! Ini 3 Wisata Indoor Seru di Bandung
Macet di Cibadak Sopir Angkot dan Pengendara Sepeda Motor Cekcok, Ternyata Ini Penyebabnya