TatarMedia.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat suara terkait kasus rudapaksa dengan pelaku dokter residen anestesi di RSHS Bandung dengan korban perkosaan adalah keluarga pasien dan pasien yang tengah di rawat.
Budi Gunadi mempertanyakan bagaimana dokter residen bisa dengan mudah mendapat obat bius di rumah sakit.
Seperti diketahui, kasus pemerkosaan dilakukan oleh dokter residen anestesi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjajaran, Priguna Anugerah Pratama.
Baca Juga: IDI Mengutuk Keras Kasus Pemerkosaan Pasien di RSHS Bandung
Priguna membius korbannya dan melakukan tindakan bejad itu saat korban dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Pelaku melampiaskan hasrat bejadnya di Gedung Maternal & Child Health Center (MCHC) lantai 7 RSHS Bandung.
Penggunaan obat bius oleh Priguna, dipertanyakan Menkes Budi Gunadi karena seharusnya tidak ada kewenangan mahasiswa untuk dengan mudah mendapatkan obat bius.
Baca Juga: Priguna Nonaktif Permanen Kasus Dokter Bius dan Rudapaksa Keluarga Pasien
"Yang hanya boleh ngambil obat, itu adalah konsulennya, harusnya ngambil obat itu bukan si muridnya," ungkap Budi Gunadi kepada awak media di Jakarta, Sabtu (12/04).
"Nah, jadi kenapa bisa turun? Itu yang mau kita lihat," sambung Menkes.
Budi menjelaskan bahwa pengambilan obat-obatan memiliki aturan, sehingga sepatutnya tidak bisa sembarang orang bisa mengambilnya.
Baca Juga: Terungkap! Dokter Rudapaksa Anak Pasien Ternyata Memiliki Fantasi Menyimpang
"Itu aturannya sudah jelas semua, bahwa itu harus disimpan di tempat tertentu. Yang boleh ngambil siapa? Yang boleh ngambil itu harusnya bukan anak didik. Kok ini bisa sampai ke anak didik," ungkap Budi Gunadi.