"Dingin itu kan ada ukurannya, misalkan suhu, normalnya di malam hari bersuhu 21-23 derajat Celcius, pada bulan Juli-Agustus bisa mencapai 17-19 derajat Celcius," jelasnya.
Guswanto menambahkan, suhu dingin ini akan semakin terasa saat malam hari pada suhu mencapai titik minimumnya.
Baca Juga: Fenomena Suhu Udara Panas, Ternyata Ini Penyebabnya
“Apalagi pada malam hari, di saat suhu mencapai titik minimumnya,” jelasnya lagi.
Meski demikian, fenomena monsun Australia dengan membawa suhu dingin ini merupakan fenomena rutin yang terjadi di setiap tahunnya dan termasuk fenomena biasa.
Suhu dingin yang terjadi belakangan ini akan terasa di beberapa wilayah selatan khatulistiwa seperti pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Baca Juga: Penjelasan BMKG Terkait Gempa Enggano Bengkulu
Lebih lanjut, Dia menambahkan jika fenomena ini akan terjadi menjelang puncak musim kemarau yakni pada bulan Juli hingga Agustus. Namun bisa juga terjadi lebih lama sampai dengan bulan September 2024 mendatang.(*)
Artikel Terkait
Potensi Cuaca Ekstrem Natal dan Tahun Baru BMKG Siapkan Radar
Ternyata! Seminggu Ini Pemerintah Lakukan Rekayasa Cuaca
Fenomena Suhu Udara Panas, Ternyata Ini Penyebabnya
WWF 2024 Bali Pemerintah Indonesia Modifikasi Cuaca
Teknologi Modifikasi Cuaca Selama Proses Pemulihan Wilayah Terdampak Banjir Lahar Dingin Sumatera Barat